TSUNAMI
Gambar Tsunami
1. PENGERTIAN TSUNAMI
Dari segi terminologi berasal dari bahasa jepang, Tsu yang berarti pelabuhan dan Nami yang berarti gelombang, karena tsunami sering terjadi di negara jepang, berdasarkan catatan sejarah di Jepang telah terjadi tsunami kurang lebih sebanyak 195 kali.
Tsunami merupakan perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba.Gerakan vertikal pada kerak bumi yang terjadi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar sehingga terjadilah tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
2. DETEKSI TSUNAMI
Gambar Tsunami sensor
Sensor utama berupa dua buah optical cavity dengan Free Spectral Rangesama. Masing masing Cavity ini terbentuk dari dua buah cermin yang terpisahkan dengan jarak Lc dan dipasang bersilang (Sumbu X dan sumbu Y). FSR didifinisikan sebagai FSR=C/2nLc, dimana C adalah kecepatan cahaya (m/det), n adalah indek bias medium (=1) dan Lc adalah jarak antara dua cermin. Cavity ini hanya akan memberikan peak transmisi bila frekuensi laser bersesuaian (beresonansi) dengan FSR dari cavity. Kemudian Cavity dimasukkan kedalam tabung selinder yang terbuat dari bahan tak berkarat (Stenless) dimana masing masing cermin dikunci dengan dinding tabung.. Bentuk bagian dalam dari dibuat sedemikian rupa sehingga ada beda tebal dari dinding selinder pada arah x dan y. Apabila diding tabung terkena tekanan akibat gelombang Tsunami maka Lc akan berubah yang mengakibatkan FSR dari cavity berubah. Perbedaan tebal dinding juga mengakibatkan perbedaan perubahan panjang dari cavity 1 dan cavity 2. Perubahan ini yang dideteksi lebih lanjut dengan beat frekuensi dari dua laser yang masing masing frekuensinya terkunci (Locked) pada dua cavity tersebut. Perubahan frekuensi sebesar 12MHz dideteksi untuk setiap perubahan tsunami 1 cm. Untuk jarak antara dua cermin sebesar 10 cm, maka FSR dari resonator kira kira sebesar 6 GHz, sehingga akan bisa mendeteksi tsunami yang tingginya mencapai 5 m. Besarnya tsunami yang dapat dideteksi bisa diperbesar dengan memperbesar jarak 2 cermin atau memperetebal dinding tabung. Jarak sensor ke darat dapat mencapai 50-100 km tergantung daya laser yang dipakai. Dengan jarak sensor 100 Km dari pantai juga memungkinkan utuk memberi peringatan dini lebih dari puluh menit ke darat bila dibagian sensor terjadi tsunami.
Sejauh ini tsunami sensor bukan merupakan produk yang banyak terjual dipasaran karena biasanya pemakai adalah pemerintahan (badan penelitian), sehingga harganya cukup mahal. Penulis telah ikut menyelesaikan protype kedua dari Laser tsunami sensor yang sekarang terpasang di salah satu pengamatan tsunami Jepang di Hiratsuka. Dari segi teknologi sensor ini bukanlah hal yang susah sehingga 100% bisa dibuat (dirakit) di Indonesia. Tentu hal ini membutuhkan support dari pemerintah untuk semaksimal mungkin memanfaatkan potensi SDM dalam Negeri. Bila hal ini bisa terlaksana tentu akan bekerja sama dengan Dr Sakata , OPTOCOMB Inc. dan Akashi Inc. sebagai penemu dan pengembang alat ini. Memang seperti pernah tertulis pada harian Kompas bahwa masalah Tsunami bukan hanya sensor, tapi sensor juga merupakan komponen penting dari system monitoring Tsunami. Bila sensor diletakkan jauh dari darat maka sedikitnya bisa memberikan peringatan dini sebelum Tsunami tiba.
3. PENYEBAB TERJADINYA TSUNAMI
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
4. AKIBAT / DAMPAK TSUNAMI
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Mengakibatkan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
5. UPAYA PENYELAMATAN DIRI
- awas bila terjadi gempa. Gempabumi merupakan salah satu pemicu terbesar terjadinya gelombang tsunami. Gempa penyebab tsunami pada umumnya berda diatas 6 skala Richter. Meski demikian, waspadalah saat terjadi gempa tanpa menghitung berapa besar getarannya adalah lebih baik. Bila terjadi gempa, cepat keluar dari rumah, bangunan atau tempat-tempat yang sekiranya bisa mengurung kita.
- waspada bila air laut surut tiba-tiba. Gempabumi yang diikuti dengan surutnya air laut dikawasan pantai, dapat dipastikan itu adalah awal terjadinya gelombag tsunami. Bila melihat tanda-tanda ini, jangan berpikir panjang, cepat tinggalkan wilayah pantai.
- cari dataran yang lebih tinggi. Gelombang tsunami akan menerjang daratan dengan cepat dengan ketinggian air lebih dari 10 meter. Untuk itu pilihlah tempat-tempat yang ketinggiannya lebih dari 10 meter. Bila dekat dengan bukit, cepatlah mengungsi kesana. Bila terjebak dalam rumah, berusahalah naik keatap rumah sambil tetap waspada.
- pohon kelapa bisa jadi pilihan. Dari pengamatan bencana tsunami di Aceh dapat dilihat, hampir semua bangunan bangunan porak poranda dan rata dengan tanah tetapi anehnya pohon-pohon kelapa yang berjejer di pinggiran pantai masih tampak utuh tidak berjatuhan. Dari kejadian ini , dalam kondisi sangat terdesak , pohon kelapa bisa dijadikan alternatif untuk menyelamatkan diri. Naiklah secepatnya hingga ke pucuk pohon nyiur itu.
- manfaatkan benda-benda yang bisa terapung di air. Dalam kondisi panik dan tidak menentu di terjang tsunami, daya nalar orang mungkin berkurang sekitar 30 persen. Tetapi upayakan menjangkau benda-benda yang bisa terapung di air, mulai dari sampan, perahu karet, kayu-kayu dll. Tetapi jangan mengurung diri dalam mobil karena meskipun mobil bisa terbawa arus namun dipastikan kita akan terjebak didalamnya .
- hindari aktifitas yang menghabiskan waktu. Adakalanya , begitu mengetahu kabar terjadi gempa dan air laut mulai surut, beberapa orang malah merasa perlu menghubungi atau menelepon kerabat. Atau ada juga beberapa orang yang tidak gampang percaya sehingga ia menghabiskan banyak waktu untuk mencari berita di televisi maupun radio. Aktifitas ini mempunyai dampak bermacam-macam, bisa menguntungkan tetapi bisa juga merugikan. Harap diingat, gelombang tsunami menjalar sangat cepat sehingga membuang-buang waktu dalam kondisi darurat adalah tindakan yang bisa merugikan terlebih bagi mereka yang tinggal tidak jauh dari pantai.
6. EVAKUASI
- Menyampaikan informasi kepada masyarakat mengenai gempa.
- Simulasi dan merencanakan jalur evakuasi yang tepat / efisien.
- Membuat posko-posko / bangunan khusus menyelamatkan diri.
- Latihan evakuasi.
- Menyiapkan obat-obatan dan bahan makanan dari pemerintah di posko yang ada.
TSUNAMI DI JEPANG
11 Maret 2011 Jepang diguncang gempa berkuatan 8,9 Skala Richter yang menimbulkan gelombang Tsunami di sejumlah daerah di Jepang.
Gelombang tsunami dilaporkan terjadi di Kota Onahama di wilayah Fukushima. Belum ada laporan korban dalam peristiwa ini. Menurut televisi NHK, Jumat (11/3/2011), gelombang tsunami tersebut setinggi empat meter.
Gempa ini disebut-sebut sebagai gempa terdahsyat dalam 7 tahun. Gempa ini terjadi pada pukul 14.46 waktu setempat. Otoritas Jepang langsung mengeluarkan peringatan tsunami pasca gempa dahsyat tersebut.
Gempa tersebut membuat gedung-gedung di Tokyo bergoyang. Orang-orang pun panik berlarian ke jalan-jalan.
Badan Meteorologi Jepang mengeluarkan peringatan tsunami untuk seluruh pantai Jepang, Rusia dan Mariana Islands. Diingatkan bahwa gelombang air setinggi hingga 6 meter bisa menghantam pantai dekat wilayah Miyagi.
Selain itu ada kemungkinan Tsunami tersebut juga akan sampai di wilayah indonesia. Pacific Tsunami Warning Center yang bermarkas di Hawaii memprediksi tsunami akan tiba di Jayapura, Papua, pukul 18.35 Waktu Indonesia Barat atau pukul 20.35 Waktu Indonesia Timur.
Beberapa daerah indonesia yang diprediksi juga terkena tsunami antara lain : Berebere, Maluku Utara, pukul 17.58 WIB , Manokwari, Papua Barat, pukul 18.18, Jayapura, Papua, pukul 18.35 , Sorong, Papua, pukul 18.35. Pascagempa berkekuatan 8,9 skala Richter (SR) menghasilkan tsunami setinggi 10 meter.
Pascatragedi, warga Jepang kembali dihantui ledakan kilang nuklir pembangkit listrik yang dikhawatirkan memberikan papara zat radiokatif kepada manusia.
Dilansir Aljazeera, Senin (14/3/2011), Professor Ilham Al-Qaradawi dari Qatar University memberikan penggambaran dari efek radiasi. "Radiasi memberikan efek ke sel manusia. Buka hanya membunuh namun jika dosisnya tinggi maka bisa merusak sel, menyebabkan kanker," jelasnya.
Ketika seseorang terkena radiasi, jelas Ilham, efeknya beragam mulai dari kulit merah hingga terbakarnya kulit. Tidak hanya itu bisa membuat muntah-muntah. Bahaya jangka panjang tentu saja kanker.
"Kanker yang umumnya terjadi saat terpapar radiasi adalah kanker tiroid dan hanya bisa dilawan dengan tablet potassium iodide," jelas Ilham, lagi. Meski demikian, Ilham menambahkan jika dalam dosis yang rendah tidak akan membahayakan manusia.
0 komentar:
Posting Komentar